From Kendeng with Love: Seven Messages from Pati

Messages

Seven JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng / Community Network Concerned for the Kendeng Mountains) members from Pati Regency, Central Java share their messages, hoping that these messages could spread awareness and solidarity against cement mining and cement factory in North Kendeng Mountains, Indonesia.

Cemented Feet Protest

 

Darto
Sudarto also known as Darto Buntung

Sudarto alias Darto Buntung from Kedumulyo Village, Sukolilo District, Pati Regency, Central Java Province, Indonesia

Message #1: "I reject the establishment of cement factory in the North Kendeng Mountains. This will be a legacy that I can give to my children and grandchildren. The main threat that we are concerned about is the destruction of nature and the water crisis. During this time we can still use water from the Kendeng Mountains even in the dry season. We will forever fight the plan to destroy Kendeng Mountains."

In Bahasa Indonesia: "Saya menolak adanya pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara. Ini akan jadi warisan yang bisa saya berikan pada anak dan cucu saya. Ancaman utama yang kami khawatirkan ya perusakan alam dan krisis air. Selama ini kami masih bisa menggunakan air dari Pegunungan Kendeng walaupun pada musim kering. Kami akan melawan sampai kapanpun rencana perusakan Pegunungan Kendeng."

 


Bambang
Bambang Sutiknyo

Bambang Sutiknyo from Wukirsari Village, Tambakromo District, Pati Regency, Central Java Province, Indonesia

Message #2: "Social conflict is also one of the adverse effects caused by the plan to build cement factory in the North Kendeng Mountains. Just imagine how many farmers will lose their jobs if mining is done. This job loss could be due to direct mining or indirect due to land conversion and an increasing number of more educated and skilled migrants to enter the workforce related to the mining industry. We hope that the Kendeng area will be included in the conservation area to be everlasting."

In Bahasa Indonesia: "Konflik sosial juga menjadi salah satu dampak buruk yang diakibatkan oleh rencana pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara. Bayangkan saja berapa petani yang akan kehilangan pekerjaan jika penambangan dilakukan. Kehilangan pekerjaan ini bisa jadi karena akibat langsung penambangan atau akibat tidak langsung karena konversi lahan dan semakin banyaknya pendatang yang lebih berpendidikan dan keahlian untuk masuk ke dunia kerja yang berkaitan dengan industri tambang. Kami berharap wilayah Kendeng ini masuk dalam area konservasi agar dapat lestari."

 


Siti
Siti

Siti from Baturejo Village, Sukolilo District, Pati Regency, Central Java Province, Indonesia

Message #3: "This land is inherited from my grandparents. So I should take care of it so that I can leave it to my grandchildren for their future. I have been following this cement factory refusal since 2006. I have found a lot of brethren and shared my feelings with them. There are experiences of victory and defeat that I have felt. But I always hope that what we want to achieve will be reached which is the withdrawal of the cement factory from the North Kendeng Mountains."

In Bahasa Indonesia: "Tanah ini warisan dari kakek dan nenekku. Jadi sudah semestinya harus kujaga untuk bisa kuwariskan pada anak cucuku untuk masa depan mereka. Aku mengikuti aksi penolakan pabrik semen ini sejak tahun 2006. Banyak sedulur yang kutemui dan dengan mereka aku berbagi. Ada pengalaman kemenangan dan kekalahan yang kurasakan. Tapi aku selalu berharap agar apa yang kami harapkan bisa tercapai ya itu mundurnya pabrik semen dari Pegunungan Kendeng Utara."

 


Giyem
Giyem

Giyem alias Alip from Larangan Village, Tambakromo District, Pati Regency, Central Java Province

Message #4: This mining plan was rejected by most residents. Then why do you still force yourself? We will continue to fight to defend our homeland for the next generation. The earth is entrusted to us, so we must maintain it for our inheritance. We cemented our feet in front of the palace, long march, demonstrations many times to show that we were serious about rejecting the plan to build cement factory in the North Kendeng Mountains.

In Bahasa Indonesia: "Rencana penambangan ini ditolak oleh sebagian besar warga. Lalu mengapa masih saja memaksakan diri? Kami akan terus berjuang untuk mempertahankan tanah air kami untuk generasi berikutnya. Bumi ini dititipkan pada kami jadi ya harus kami pertahankan untuk kami wariskan. Kami menyemen kaki di depan istana, longmarch, demo berkali-kali untuk menunjukkan bahwa kami serius untuk menolak rencana pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara."

 


Sri
Sri Wiyanik

Sri Wiyanik from Brati Village, Kayen District, Pati Regency, Central Java Province, Indonesia

Message #5: "This company has stepped on our pride as farmers. How can they say farmers who want to defend their land as people who are not yet forward-thinking and need to be invited to dialogue? We are aware of our position. Protecting the North Kendeng Mountains from destruction also means protecting food and water reserves for our children and grandchildren. Does the company want to meet and guarantee those needs for the next hundred years? I don't think they will because they will leave once the limestone has depleted."

In Bahasa Indonesia: "Perusahaan ini sudah menginjak harga diri kami sebagai petani. Bagaimana bisa mereka mengatakan petani yang ingin mempertahankan tanah mereka sebagai orang yang belum berpikiran maju dan perlu diajak berdialog? Kami sadar akan posisi kami. Menjaga Pegunungan Kendeng Utara dari perusakan berarti juga menjaga cadangan pangan dan air bagi anak cucu kami. Apakah perusahaan itu mau mencukupi kebutuhan itu sampai seratus tahun ke depan? Saya rasa tidak karena mereka pasti akan pergi jika batu kapur di sini telah habis."

 


Harno
Suharno

Suharno from Jimbaran Village, Kayen District, Pati Regency, Central Java Province, Indonesia

Message #6: "This company is a foreign company that will occupy the land of our birth. Mining activities that they will do will make us lack of water for household needs and rice fields. The EIA that they made themselves stated that more than 60% percent of the community has rejected but why do they still insist on entering. PT SMS intensively channeled CSR assistance to residents who agreed to the cement factory, whereas CSR was only an attempt to divert attention to the damage that would be caused by the mining of the cement factory. They hope that CSR will weaken the power of citizens. But we will still reject and fight them at any time."

In Bahasa Indonesia: "Perusahaan ini merupakan perusahaan asing yang akan menjajah bumi kelahiran kami.  Penambangan yang akan mereka lakukan akan membuat kami kekurangan air untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan. AMDAL yang mereka buat sendiri sudah menyatakan bahwa lebih dari enam puluh persen warga menolak tapi kenapa mereka masih memaksa masuk. PT SMS gencar menyalurkan bantuan CSR kepada para warga yang setuju pabrik semen padahal CSR itu hanya upaya untuk mengalihkan perhatian akan kerusakan yang akan diitimbulkan oleh penambangan pabrik semen. Mereka berharap dengan CSR itu akan dapat melemahkan kekuatan warga. Tapi kami akan tetap menolak dan melawannya sampai kapanpun."

 


Cholil
Cholil

Moh Cholil from Jimbaran Village, Kayen District, Pati Regency, Central Java Province, Indonesia

Message #7: The water crisis is our first concern. In addition, air pollution caused by mining and factory activities are also further threats. Floods will also be more frequent due to forest clearing for mining activities and supporting buildings. We invite as many solidarity as possible to get involved and put pressure on investors, both from Indonesia and abroad, to stop their efforts to damage the North Kendeng Mountains."

In Bahasa Indonesia: "Krisis air menjadi kekhawatiran pertama kami. Selain itu polusi udara yang diakibatkan oleh penambangan dan aktivitas pabrik juga menjadi ancaman selanjutnya. Bencana banjir juga akan makin sering terjadi akibat pembukaan hutan untuk aktivitas penambangan maupun bangunan pendukungnya. Kami mengajak sebanyak mungkin sedulur untuk terlibat dan memberikan tekanan pada pemodal, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri, untuk menghentikan usaha mereka merusak Pegunungan Kendeng Utara."

JM-PPK